Gempa Magnitudo 4,1 Guncang Bolaang Uki, Warga Bolsel Rasakan Getaran Ringan Selama Beberapa Detik
News Bolaang Uki – Guncangan gempa bumi kembali dirasakan warga Sulawesi Utara. Kali ini, gempa dengan kekuatan Magnitudo 4,1 mengguncang wilayah Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), pada Selasa (21 Oktober 2025) pukul 12.07 WIB. Informasi resmi mengenai kejadian ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun media sosial resmi mereka, @infoBMKG di platform X (Twitter).
Menurut laporan BMKG, pusat gempa berada di laut, sekitar 91 kilometer tenggara Bolaang Uki, dengan kedalaman 10 kilometer. Titik koordinat gempa tercatat pada 0,22° Lintang Selatan dan 124,56° Bujur Timur. Guncangan dirasakan lemah di sebagian besar wilayah Bolaang Uki dan sekitarnya, termasuk Kecamatan Helumo, Tomini, dan Posigadan.
“Gempa Mag: 4.1, 21-Oct-2025 12:07:14 WIB, Lok: 0.22LS, 124.56BT (91 km Tenggara BOLAANGUKI-BOLSEL-SULUT), Kedlmn: 10 Km,” tulis BMKG melalui akun resminya.
Getaran Dirasakan Hingga Pemukiman Penduduk
Beberapa warga melaporkan sempat merasakan getaran ringan selama 3–5 detik. Guncangan terasa seperti hentakan pendek, tanpa suara gemuruh besar. Sebagian warga yang sedang beraktivitas di rumah langsung keluar untuk berjaga-jaga.
“Tadi pas sekitar jam 12-an, kursi goyang sedikit. Saya pikir cuma truk lewat, tapi ternyata gempa. Alhamdulillah tidak lama dan tidak ada yang rusak,” ujar Yanti (39), warga Desa Tolondadu, kepada wartawan setempat.
Kepala BPBD Bolaang Mongondow Selatan, Ferdinand Mamonto, membenarkan adanya guncangan tersebut dan memastikan bahwa sejauh ini belum ada laporan kerusakan infrastruktur maupun korban jiwa. Ia menegaskan bahwa pihaknya tetap melakukan pemantauan di lapangan untuk memastikan tidak ada dampak lanjutan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan camat dan kepala desa di wilayah terdampak. Semua melaporkan kondisi aman terkendali. Warga diimbau tetap waspada, tapi tidak perlu panik,” kata Ferdinand.
BMKG: Gempa Berasal dari Aktivitas Sesar Lokal Laut Sulawesi
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, menjelaskan bahwa gempa ini tergolong gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar lokal di Laut Sulawesi bagian selatan, bukan akibat subduksi Lempeng Laut Maluku.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki pergerakan sesar geser (strike-slip fault). Gempa semacam ini umum terjadi di wilayah Sulawesi bagian utara yang kompleks secara tektonik,” ujar Daryono.
Ia juga menegaskan bahwa gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami, mengingat kekuatannya relatif kecil dan kedalamannya dangkal. Meski demikian, BMKG tetap mengingatkan masyarakat agar tidak mudah mempercayai informasi palsu atau hoaks yang sering beredar setelah peristiwa gempa.
“Informasi resmi hanya bersumber dari BMKG. Jangan menyebarkan kabar yang belum diverifikasi,” tambahnya.
Wilayah Sulawesi Utara Termasuk Zona Aktif Gempa
Sulawesi Utara dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat kegempaan tinggi di Indonesia. Secara geologis, kawasan ini berada di pertemuan tiga lempeng besar, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina. Aktivitas subduksi dan sesar aktif di sekitar Laut Maluku dan Laut Sulawesi menjadikan daerah seperti Bolaang Mongondow Selatan, Kotamobagu, dan Bitung sering mengalami gempa kecil hingga menengah.
Dalam catatan BMKG, sepanjang tahun 2025 sudah terjadi lebih dari 80 kali gempa tektonik di wilayah Sulawesi Utara, meskipun sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan berarti.
“Gempa-gempa kecil seperti ini merupakan aktivitas alamiah dari pelepasan energi bumi. Biasanya tidak berbahaya, tapi penting untuk tetap memahami cara tanggap darurat,” ujar peneliti geofisika Dr. Taufik Halim, dari Universitas Sam Ratulangi Manado.